Optimisme Prabowo terhadap MBG, Yakin Capai Target Sasaran Akhir 2025
Jakarta – Menteri Pertahanan RI, Prabowo Subianto, menunjukkan keyakinan kuat terhadap keberhasilan program Minimum Essential Force (MEF) yang telah diubah menjadi Modernisasi dan Bela Negara Global (MBG). Dalam berbagai kesempatan, Prabowo menegaskan bahwa transformasi strategis pertahanan Indonesia ini bukan hanya realistis, tetapi juga dapat dicapai sebelum akhir 2025, sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
Transformasi MEF ke MBG: Langkah Strategis Pertahanan Nasional
Program MEF yang mulai digagas pada 2010 bertujuan untuk memodernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan memperkuat kekuatan TNI agar mampu menjalankan fungsinya secara optimal. Namun, seiring dinamika geopolitik dan perkembangan teknologi pertahanan global, konsep MEF dianggap perlu diperbarui. Maka lahirlah inisiatif MBG yang lebih holistik dan adaptif terhadap tantangan masa depan.
MBG tidak hanya berfokus pada kuantitas alutsista, tetapi juga kualitas personel, kemampuan siber, dan integrasi sistem pertahanan modern yang berbasis teknologi tinggi. Prabowo menekankan bahwa pendekatan ini akan membuat Indonesia tidak hanya mampu menjaga kedaulatan wilayahnya, tetapi juga lebih siap menghadapi ancaman non-tradisional seperti perang informasi dan serangan siber.
Capaian Saat Ini dan Komitmen Pemerintah
Hingga awal 2025, sejumlah capaian penting telah direalisasikan. Beberapa di antaranya termasuk pembelian jet tempur generasi 4.5, modernisasi kapal selam, serta pengembangan industri pertahanan dalam negeri melalui kemitraan strategis dengan negara-negara seperti Korea Selatan, Prancis, dan Turki. Program pendidikan bela negara juga digencarkan, dengan fokus pada generasi muda dan mahasiswa.
Dalam pidatonya pada forum pertahanan nasional, Prabowo menyampaikan bahwa lebih dari 80% target MBG telah tercapai. Ia optimistis bahwa sisanya dapat diselesaikan dalam waktu yang tersisa sebelum tutup tahun 2025. Menurutnya, kolaborasi antar-kementerian, konsistensi anggaran, serta dukungan dari masyarakat menjadi kunci keberhasilan ini.
Tantangan dan Solusi
Meski optimis, Prabowo tak menutup mata terhadap sejumlah tantangan. Salah satu yang paling krusial adalah ketergantungan pada komponen impor untuk sistem senjata canggih. Untuk mengatasi hal ini, Kemhan mendorong penguatan industri pertahanan nasional, termasuk PT Pindad dan PT PAL Indonesia, agar mampu memproduksi alutsista secara mandiri.
Selain itu, pelatihan personel TNI dalam penggunaan teknologi baru juga menjadi prioritas. Kerja sama pelatihan dengan negara-negara sahabat terus dilakukan, dan Prabowo bahkan menekankan pentingnya pertukaran pengetahuan dan pelatihan gabungan sebagai bagian dari strategi jangka panjang.
Visi ke Depan
Prabowo tidak hanya melihat MBG sebagai target jangka pendek, melainkan sebagai fondasi bagi pertahanan jangka panjang Indonesia. Ia menyampaikan bahwa program ini akan menjadi “legacy strategis” yang mengokohkan posisi Indonesia sebagai negara berdaulat dan disegani di kawasan Indo-Pasifik.
“Sasaran akhir bukan sekadar angka atau jumlah peralatan, tetapi kesiapsiagaan total bangsa dalam menghadapi ancaman apapun. MBG adalah tentang membangun ketahanan nasional yang utuh,” tegasnya dalam wawancara khusus bersama media nasional.
Kesimpulan
Dengan sisa waktu yang semakin sempit menuju akhir 2025, Prabowo tetap menunjukkan sikap optimis namun realistis. Ia percaya bahwa dengan kerja keras dan kolaborasi lintas sektor, target MBG bukan hanya dapat dicapai, tapi juga melampaui ekspektasi awal. Keberhasilan ini akan menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah pertahanan Indonesia modern.